Apa Itu Terapi Perilaku Dialektis (DBT)?
Terapi Perilaku Dialektis (Dialectical Behavior Therapy atau DBT) adalah bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Marsha Linehan untuk membantu individu yang mengalami kesulitan mengelola emosi, mengatur perilaku impulsif, dan menghadapi hubungan interpersonal yang kompleks. DBT awalnya dirancang untuk orang dengan gangguan kepribadian borderline, tetapi kini telah digunakan secara luas untuk mengatasi berbagai gangguan seperti depresi, gangguan makan, dan perilaku merugikan diri sendiri. Pendekatan ini menggabungkan teknik perilaku kognitif dengan prinsip-prinsip mindfulness untuk membantu individu mencapai keseimbangan antara penerimaan diri dan perubahan perilaku.
Tanda-Tanda Individu Membutuhkan DBT
Individu mungkin membutuhkan DBT jika mereka menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Perilaku Merugikan Diri Sendiri: Seperti menyakiti diri sendiri atau pikiran untuk bunuh diri.
- Kesulitan Mengatur Emosi: Merasa emosi sangat intens, sulit dikendalikan, atau terus-menerus berubah secara ekstrem.
- Hubungan Tidak Stabil: Mengalami konflik interpersonal yang sering atau pola hubungan yang destruktif.
- Impulsivitas: Tindakan impulsif yang merugikan, seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan, atau perilaku berisiko lainnya.
- Rasa Hampa: Perasaan kosong atau tidak ada tujuan yang terus-menerus.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala ini, DBT dapat menjadi pilihan terapi yang membantu.
Pendekatan Terapi yang Digunakan dalam DBT
DBT menggunakan berbagai teknik terapi, dan terkadang dikombinasikan dengan metode lain untuk hasil yang lebih baik. Beberapa pendekatan yang relevan meliputi:
- Pelatihan Keterampilan DBT
DBT berfokus pada empat area utama:
- Mindfulness: Meningkatkan kesadaran diri dan fokus pada momen saat ini.
- Regulasi Emosi: Mengajarkan cara mengelola emosi yang intens.
- Toleransi Distres: Mengembangkan kemampuan untuk menghadapi situasi sulit tanpa bereaksi destruktif.
- Keterampilan Interpersonal: Membantu memperbaiki hubungan dan berkomunikasi dengan lebih efektif.
2. Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
TMS dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk mengatasi gangguan suasana hati yang sering terkait dengan kesulitan emosional. TMS bekerja dengan merangsang bagian otak yang mengatur emosi, sehingga membantu individu menjadi lebih responsif terhadap terapi perilaku.
3. Transcranial Direct Current Stimulation (tDCS)
tDCS menggunakan arus listrik rendah untuk meningkatkan aktivitas otak. Dalam konteks DBT, tDCS dapat membantu individu dengan gangguan impulsivitas atau gangguan suasana hati, sehingga mendukung kemajuan terapi perilaku.
4. Terapi Okupasi
Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam menjalani rutinitas atau hubungan sosial, terapi okupasi dapat membantu. Terapis okupasi bekerja untuk meningkatkan keterampilan adaptif yang diperlukan untuk mengelola stres, menjalani kehidupan sehari-hari, dan membangun hubungan yang lebih sehat.
Kesimpulan
DBT adalah pendekatan yang terbukti efektif untuk mengatasi masalah emosional dan perilaku yang kompleks. Dengan menggabungkan mindfulness, regulasi emosi, dan intervensi tambahan seperti TMS, tDCS, dan terapi okupasi, individu dapat belajar mengelola hidup mereka dengan lebih baik. Jika Anda atau orang terdekat membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental.
Referensi
Linehan, M. M., & Wilks, C. R. (2020). The course and evolution of dialectical behavior therapy. American Journal of Psychotherapy, 74(2), 84–92. https://doi.org/10.1176/appi.psychotherapy.20190034
Rizvi, S. L., & Hughes, C. D. (2022). Innovations in DBT: Advances in treatment and applications. Behavior Therapy, 53(4), 617–628. https://doi.org/10.1016/j.beth.2022.01.005
Lefaucheur, J. P., Aleman, A., Baeken, C., & Langguth, B. (2020). Evidence-based guidelines on the therapeutic use of repetitive transcranial magnetic stimulation (rTMS). Clinical Neurophysiology, 131(2), 474–528. https://doi.org/10.1016/j.clinph.2019.11.002
Seow, C. Y., & Ho, M. C. (2021). The role of non-invasive brain stimulation in the treatment of emotion regulation difficulties. Journal of Psychiatric Research, 137, 1–8. https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.2021.02.024
Vancampfort, D., Firth, J., & Schuch, F. B. (2019). Physical and occupational therapy to improve functionality in individuals with emotional dysregulation. Psychiatry Research, 271, 334–340. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.11.051