Belakangan ini, konsep Mental Health Tourism kembali jadi perbincangan setelah Singapura mengembangkan Therapeutic Gardens, yaitu taman publik yang dirancang secara ilmiah untuk membantu stimulasi sensorik dan mental lewat interaksi dengan alam. Taman ini terbuka untuk semua kalangan: lansia, anak-anak dengan kebutuhan khusus, hingga wisatawan yang mencari ketenangan. Bagi kami di Klinik Utama Talenta Center, fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa upaya menjaga kesehatan mental tak selalu harus berada di dalam ruang klinis. Alam, ruang publik, dan komunitas ternyata bisa menjadi bagian integral dari proses terapi dan pemulihan.
Jika negara kecil seperti Singapura saja mampu menghadirkan fasilitas publik yang berdampak langsung pada kesehatan mental warganya, Indonesia dengan kekayaan alam, budaya, dan kearifan lokalnya tentu punya potensi lebih besar. Tantangannya adalah bagaimana mengelola potensi tersebut menjadi sesuatu yang terstruktur, berbasis data, dan terukur dampaknya. Klinik Utama Talenta Center, bersama Talenta Center secara keseluruhan, melihat peluang ini sejalan dengan peran kami dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDG), khususnya SDG 3 (Good Health and Well-being) dan SDG 8 (Decent Work and Economic Growth).
Melalui layanan klinis yang berfokus pada kesehatan mental, pendidikan inklusif untuk individu berkebutuhan khusus, hingga pemberdayaan komunitas, kami percaya konsep seperti mental health tourism dapat diadaptasi di Indonesia dengan sentuhan lokal. Bayangkan sebuah destinasi wisata yang bukan hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga menyediakan program terapi berbasis alam untuk keluarga, kegiatan interaktif bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, pelatihan bagi masyarakat lokal sebagai fasilitator, dan kesempatan kerja baru yang lahir dari kegiatan ini. Semua ini menciptakan dampak ganda yaitu, kesejahteraan mental meningkat dan ekonomi lokal juga tumbuh.
Sekarang saatnya kita bergerak bersama. Potensi ini terlalu besar untuk hanya dibicarakan; ia perlu diwujudkan. Dengan kolaborasi lintas sektor, kemauan untuk berinovasi, dan komitmen menjaga keberlanjutan, Indonesia bisa mengembangkan best practice mental health tourism yang memadukan kekayaan alam, kekuatan budaya, dan pelayanan kesehatan mental yang berkualitas. Bukan sekadar meniru, tetapi menyempurnakan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan kearifan lokal Indonesia. Mari kita buktikan bahwa negeri ini mampu menciptakan ruang yang menyembuhkan bagi warganya sendiri dan bagi dunia.
Referensi:
National Geographic. (2024). Singapore’s approach to wellness and mental health. National Geographic Travel. Retrieved from https://www.nationalgeographic.com/travel/article/singapore-wellness-mental-health
United Nations. (n.d.). The 17 Sustainable Development Goals. United Nations Sustainable Development. Retrieved from https://sdgs.un.org/goals
Global Wellness Institute. (n.d.). Wellness in Singapore. Global Wellness Institute. Retrieved from https://globalwellnessinstitute.org/geography-of-wellness/wellness-in-singapore/
Wang, L., & Lee, J. (2024). Therapeutic gardening in urban environments: Promoting mental health through nature exposure in Singapore. Frontiers in Environmental Science, 12, Article 1433319. https://doi.org/10.3389/fenvs.2024.1433319
Gedecho, E. K., & Kim, S. S. (2025). Mental health and well-being in tourism scholarship: A Horizon 2050 paper. Tourism Review, 80(1), 108–120. https://doi.org/10.1108/TR-12-2023-0842
Buckley, R. (2023). Tourism and mental health: Foundations, frameworks, and futures. Journal of Travel Research, 62(1), 3–20. https://doi.org/10.1177/00472875221087669
Dwyer, L. (2023). Resident well-being and sustainable tourism development: The ‘capitals approach’. Journal of Sustainable Tourism, 31(9), 2119–2135. https://doi.org/10.1080/09669582.2021.1990304
National Parks Board. (2023, September 28). Therapeutic garden at Punggol Waterway Park. https://www.nparks.gov.sg/visit/parks/punggol-waterway-park/amenities/therapeutic-garden